back to top

Hemat Pupuk Musim Hujan, Dosis Karbon Silika Asam Humat

Sudah pupuk tapi tidak terlihat hasil? Kalau begini bagaimana bisa hemat pupuk musim hujan? Masalahnya bukan pada pupuk yang kurang, tapi tanah yang kurang subur. Tanah adalah sumber keberhasilan. Kalau hanya memperhatikan tanaman saja, tanpa melihat dampaknya pada tanah, makin kesini, biasanya pupuk yang diberikan oleh petani lebih banyak. Tentu ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Di musim hujan pun, kita berhadapan dengan kemungkinan pupuk yang bisa tercuci air hujan. Bahkan ada kemungkinan kebanjiran. Maka untuk mencegah kehilangan pupuk yang besar-besaran itu, ada cara untuk menghematnya.

Pola tanam polikultur

Jadi bukan hanya fokus pada satu jenis tanaman saja karena karakter akarnya berbeda-beda. Ini berdampak pada cara serap yang berbeda. Dengan menanam tanaman yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakar dalam, maka tanah di sekitarnya akan lebih gembur. Bisa juga dengan tumpangsari maupun tumpang gilir.

Tidak menggunakan pestisida kimia secara terus menerus

Penyemprotan bukan hanya membunuh jamur patogen saja, tetapi juga mikroba yang baik untuk tanaman, seperti bakteri penambat nitrogen atau fosfat karena ada semprotan yang jatuh ke tanah. Bahkan ada sampai yang kocor pestisida.

Dalam keadaan mikroba yang kurang, ketika diberi pupuk akan ada banyak yang tersisa di tanah. Sebab pupuk fosfat yang bisa diserap dalam 1 musim pertama hanya 25% saja. Padahal penyerapan pupuk oleh tanaman sebenarnya dibantu oleh mikroba. Maka solusinya, kita bisa menggunakan pestisida hayati atau nabati.

Pemupukan sesuai dosis

Yang ketiga adalah pemupukan sesuai dosis. Nah ini adalah bagian yang paling menyita perhatian. Tapi harus kita perhatikan kalau mau hemat pupuk musim hujan.

Air hujan sudah mengandung unsur N, itu benar adanya. Memang ada banyak hara N yang tersedia di tanah. Tapi Unsur N ini bisa tanaman manfaatkan hanya ketika ada bakteri penambatnya. Tanpa bakteri penambat, unsur N dari air hujan hanya akan tersimpan dalam tanah saja.

Unsur N dari air hujan, baru akan bermanfaat untuk tanaman bila ada mikrobanya. Di antaranya adalah azotobacter, atau pseudomonas. Bakteri tersebut umurnya hanya 4 hari. Tapi setelah mati pun masih ada manfaatnya. Karena bisa menyumbang protein atau senyawa khelat yang mudah diserap tanaman.

Pupuk Karbon

Di samping itu, Curah hujan yang tinggi mengakibatkan tercucinya unsur hara pada tanah kemudian berimplikasi pada terbentuknya tanah asam. Keadaan ini akan lebih parah lagi kalau saluran drainasenya buruk.

Sebenarnya tanah yang asam, juga bisa diakibatkan oleh pemupukan ZA, Urea, ZK, Amonium Sulfat, dan juga KCL dalam waktu yang berkepanjangan.

Tapi terlepas dari itu, kita membutuhkan bahan yang bisa mengikat nutrisi dan menjadi rumah bagi mikroba sehingga akan berdampak pada tanah yang lebih subur. Dengan pengikatan ini, pemupukan bisa dikurangi sehingga lebih hemat pupuk musim hujan.

Kita bisa menggunakan karbon, yang sebenarnya bisa kita dapatkan dari pembakaran sekam. Tapi, proses pembakaran sekam ini harus tertutup. Karena ketika karbon bertemu oksigen bebas di udara, ini akan membuat karbon lepas karena sudah menjadi CO2.

Hasil pembakaran tersebut pun juga perlu kita olah menjadi serbuk dengan cara khusus agar menjadi senyawa karbon. Karena jika dengan arang sekam yang belum halus, kebutuhannya akan lebih banyak.

Kebutuhan senyawa karbon (biochar) untuk menjadi rumah mikroorganisme dan unsur hara dalam bentuk ion yang biasanya ketika panas menguap, dan mudah tercuci. Maka carbon akan menyerap air, nutrisi, atau mikroba yang tanaman butuhkan.

Aplikasinya dengan cara tabur atau bisa campur dengan pupuk. Dengan begitu, penggunaan pupuk akan bisa di hemat sampai 30%. Dengan perbandingan antara carbon dan pupuk 1:3.

Carbon akan melindungi hara pada pupuk dengan menyerap hara. Pelepasannya, nanti pupuk lebih slow release. Bukan seperti ketika memupuk, menguap, dan mengalir begitu saja. Dan canggihnya, proses slow release ini kalau semakin banyak yang perlu disuplai maka akan banyak hara yang keluar. Tapi ketika sudah cukup maka akan lebih pelan lepasnya, bahkan tertahan.

Kalau juragan tidak mau ribet bisa pakai karbon silika yang sudah ada dalam kemasan. Berikut beberapa produknya.

Bio Carbon Acid

Dalam pupuk Bio Carbon Acid ada kandungan arang karbon, silika, magnesium, kalium, sulfur, agensia hayati, dan humid acid. Fungsinya, bisa untuk memperbaiki KTK tanah, dan menghemat pupuk. Karena ada silikanya, bisa meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.

Aplikasinya bisa campur dengan pupuk dasar, pupuk organik, atau dengan pupuk kompos.

Dosisnya untuk tanaman hortikultura 1 sampai 3 kg per 1000 meter. Paling tidak berikan 30 atau 90 gram per tanaman. 1 kg pupuk ini harganya 60 ribuan.

Si Carbon

Dalam si Carbon ada kandungan arang karbon, silika, agen hayati, magnesium, kalium dan sulfur. Fungsinya bisa meningkatkan efisiensi penyerapan pupuk dan KTK tanah, meningkatkan ph tanah, menetralkan tanah masam, dan sebagai rumah mikroba. Harganya juga sekitar 60 ribuan.

Aplikasinya bisa campur dengan pupuk kimia maupun organik. Dosis pemakaiannya 1 atau 3 kg per 1000 meter persegi. Aplikasikan bisa saat pemupukan dasar, bisa juga taburkan atau kocorkan pada setiap tanaman dengan dosis 30 gram.

Blackbon Max

Blackbon Max juga berfungsi dalam menyerap dan melarutkan sisa pupuk kimia dan pestisida, membantu perakaran tanah, dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit.

Kandungannya juga kurang lebih sama, terdiri dari arang karbon, silika, kalium, magnesium, dan sulfur. Tapi harganya lebih murah, hanya sekitar 50 ribuan. Untuk dosis juga kurang lebih sama.

Dengan penggunaan biochar, kita juga bisa sekaligus merangsang pertumbuhan akar bila diaplikasikan pada awal tanam, bisa pakai air kelapa. Jadi biochar bisa siram dengan air kelapa. 1 kg biochar siram air kelapa kurang lebih 1 atau 2 liter. Biarkan menguap dulu agar tidak jemek.
*kalau sudah kering baru bisa digunakan

Kalau sebar di lubang tanam, bisa menjadi penyehatan tanah meski sudah ada tanamannya. Yang terserap termasuk juga racunnya, dan kelembaban yang tinggi.

Selain dengan biochar atau serbuk arang sekam, kita bisa juga gunakan asam humat. Asam humat juga memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Hasil penelitian menunjukkan penambahan asam humat 0,15% menurunkan penggunaan pupuk NPK 20:10:10 sebanyak 25%. Takaran pupuk NPK 350 kg/ha hanya mampu menghasilkan produksi 10,14 t/ha sementara penggunaan pupuk NPK 257,5 kg/ha plus asam humat 0,15% mampu menghasilkan lebih tinggi yaitu 10,21 t/ha.

Dengan dua bahan saja, yaitu asam humat dan pupuk karbon, kita bisa hemat pupuk musim hujan. Nilai tambahnya, tanah juga lebih subur.

 

DAPATKAN PRODUKNYA

Bio Carbon Acid – Link Shopee 
SiCarbon- Link Shopee 
Blackbon Max – Link Shopee 

Hot News

Jenis dan Dosis Pemupukan Semangka Dari Awal sampai Akhir!

Pada artikel kali ini, akan kita bahas bagaimana pemupukan semangka yang tepat, tepat jenis, dan tepat dosis. Mulai dari persiapan lahan, sampai pupuk pembuahannya....
Kabar Tani
2
minutes

Ini Tanda Tanaman Cabe Kekurangan 5 Unsur Hara Makro

Tanaman cabe tidak tumbuh dengan normal, bisa disebabkan oleh kekurangan unsur hara. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman cabe rawit, adalah unsur hara...
Kabar Tani
2
minutes

Hidrogen Peroksida Solusi Bertani Murah, Ini Contoh Produknya

Saat ini, semakin banyak petani yang beralih ke produk-produk pertanian yang lebih aman untuk lingkungan, tidak meninggalkan residu. Produk-produk pertanian tersebut juga relatif lebih...
Kabar Tani
3
minutes

Harus Urut! Cara Panen Cabe yang Benar di Musim Hujan

Apa kabarnya yang kemarin baru tanam cabe musim hujan? Sudah mendekati panen ya gan. Nah, saya rasa Juragan perlu tahu nih apa saja yang...
Kabar Tani
2
minutes
spot_img
const columns = document.querySelectorAll('.column'); columns.forEach(column => { column.addEventListener('dragover', event => { event.preventDefault(); column.classList.add('drag-over'); }); column.addEventListener('dragleave', () => { column.classList.remove('drag-over'); }); column.addEventListener('drop', event => { column.classList.remove('drag-over'); const draggingCard = document.querySelector('.dragging'); column.appendChild(draggingCard); }); }); const cards = document.querySelectorAll('.card'); cards.forEach(card => { card.addEventListener('dragstart', () => { card.classList.add('dragging'); }); card.addEventListener('dragend', () => { card.classList.remove('dragging'); }); });