back to top

Aplikasi Mikoriza dan Tricoderma, Bisa Campur Insek, Fungi, atau Pupuk?

Mikoriza dan Trichoderma merupakan 2 jamur baik yang sama-sama bermanfaat, tapi beda fungsinya. Dari fungsi yang berbeda, apakah cara aplikasi mikoriza dan tricoderma juga berbeda? Bila campur apa boleh? Sebelum menanggapi pertanyaan itu, kita bahas dulu lebih dalam mengenai jamur yang masih asing di pandangan kita, mikoriza agar kita lebih mudah memahaminya.

MIKORIZA

Mikoriza, sejatinya merupakan jamur yang memiliki kerja membuat akar lebih banyak dan sebagai pelindung dari jamur patogen dalam bentuk hifa. Jadi, mikoriza menembus akar untuk membentuk hifa tersebut. Pada musim kemarau, fungsinya bahkan bisa menjadi pemeran utama dalam penyerapan pupuk.

Dengan mikoriza, jangkauan perakaran tanaman akan lebih luas, sehingga penyerapan pupuk atau air otomatis lebih luas. Meski dengan jarak tanam yang lebar seperti pada kasus kendala kita di musim hujan untuk menjaga kelembaban. Cukup di sayangkan jika ada beberapa pupuk yang tidak terserap dengan sempurna. Bukan begitu Juragan?

Mikoriza ini membutuhkan inang untuk bisa hidup, yaitu akar tanaman. Maka jika kita aplikasikan sebelum tanam dan dalam waktu yang lama bibit belum di pindah tanam, kemungkinan besar mikoriza akan mati.

Tidak seperti mikroba dalam EM 4 yang rentan mati ketika terkena sinar matahari, asalkan aplikasinya langsung di dekatkan pada akar, di mana mikoriza langsung bertemu dengan inangnya, mikoriza bisa di manfaatkan. Kalau dalam waktu yang lama tidak bertemu dengan akar, mikoriza bisa mati.

Cara aplikasi

Pada tanaman berbiji, mikoriza dalam bentuk tepung bisa kita aplikasikan ketika benih selesai di peram hingga muncul sprout, misalnya pada tanaman terong atau padi. Cara menggunakannya cukup dengan tebar saja. Mikoriza dalam bentuk bubuk juga cocok untuk tanaman seperti jagung.

Untuk cabe bisa pakai mikoriza bentuk granul yang ada zeolitnya. Dan diaplikasikan pada media tanam, bisa untuk semaian, bisa juga digunakan pada saat pindah tanam. Cara pakainya hanya dengan ditaburkan saja pada sekitar perakaran, bukan dengan cara kocor karena sejatinya mikoriza tidak larut air. Cara aplikasi yang tepat adalah setelah dibenamkan dalam tanah, baru disiram.

Memang, aplikasi mikoriza tidak bisa dengan cara kocor, tapi kalau seminggu kedepan dilakukan pengocoran NPK, itu tidak masalah.

Salah satu kekhawatiran kita sebagai petani adalah bagaimana jika mikoriza kontak dengan fungisida sebagai pembunuh jamur?

Mikoriza campur pestisida

Mikoriza tidak bisa campur dengan fungisida. Jenis pupuk ini sendiri juga termasuk jamur, sehingga tidak bisa campur dengan fungisida. Dalam kasus ini, konteksnya adalah pencampuran langsung mikoriza dan fungisida dalam sekali aplikasi.

Jika kita menggunakan fungisida dan mikoriza sebagai pembantu akar, aplikasikan fungisida dengan cara semprot saja. Dengan fungisida kontak tidak masalah, begitu juga dengan fungisida sistemik.

Baca juga : 4 PERANGKAP LALAT BUAH DENGAN AROMA KUAT, MURAH TAPI EFEKTIF

Jika kita semprot fungisida sistemik, sejauh ini juga tidak mengganggu mikoriza yang sudah bersimbiosis (berinteraksi) dengan akar. Berarti mikoriza sudah menginfeksi tanaman dan menjalankan tugasnya. Mikoriza sendiri mulai bersimbiosis jika tanaman sudah berakar. Di 2 minggu sudah mulai bersimbiosis dan puncaknya pada usia 3 bulan.

Aplikasi insektisida seperti Furadan juga tidak mengganggu mikoriza. Aplikasi bisa dengan campurkan pada media semai atau saat pindah tanam.

Pada tanaman cabe, waktu aplikasi paling baik adalah ketika pindah tanam. Bisa juga satu hari sebelum tanam. Dengan mikoriza cukup ditaburkan saja di sekitar perakaran.

Mikoriza campur pupuk

Bila campur dengan pupuk dasar sebenarnya tidak masalah. Agen hayati mana saja juga sebenarnya tidak mati jika campur. Tapi mengapa aplikasi secara tunggal yang disarankan, adalah untuk memastikan mikoriza sampai di akar.

Mikoriza juga bisa campur dengan pupuk kandang. Biasanya kita menunggu pupuk biar adem dulu. Asalkan tidak lebih dari 1 hari langsung di tanam tanamannya. Ini kalau aplikasi mikoriza pada saat pengolahan lahan. Bagaimana jika tanaman sudah terlanjur besar?

Untuk tanaman cabe yang berumur 15 HST atau 2 bulan, mikoriza juga bisa kita aplikasikan. Buat alur sekitar tanaman lalu tabur mikoriza secara merata. Hati-hati saat gali alur agar tidak merusak akar.

Ada yang bilang, kalau mikoriza itu aplikasinya hanya sekali dalam seumur hidup. Lebih jelasnya, sebenarnya cara kerjanya begini Juragan. Seiring dengan berkembangnya akar, mikoriza juga mengikuti. Kalau untuk tanaman semusim, mikoriza juga akan mati seiring dengan matinya tanaman. Logikanya seperti itu Juragan.

Untuk dosis aplikasi, ikuti saja saran dosis yang ada pada masing-masing produk, karena kandungannya berbeda-beda. Contoh merk yang paling terkenal adalah Myco Grow, harganya sekitar 40 ribu per kg. Atau dengan MycoVir, harga per kg-nya tidak jauh berbeda dengan Myco Grow.

TRICHODERMA

Setelah aplikasi trichoderma, biasanya masih saja ada tanaman yang terkena layu. Yang perlu dipahami betul-betul, Trichoderma itu fungsinya untuk pencegahan, bukan untuk mengatasi.

Kesalahan yang membuat Trichoderma tidak bisa menjalankan fungsinya, adalah karena aplikasi yang salah. Trichoderma harus diaplikasikan dengan cara yang benar, bukan dalam mode tidur atau dorman.

Aplikasi pupuk hayati trichoderma juga harus teratur agar tidak melemah karena kondisi tanah yang kering. Paling tidak selama 1 bulan secara berkala diaplikasikan agen hayati.

Untuk aplikasi di pembibitan sampai tanaman dewasa di lapang, perkembangan populasi dan kemampuan penekanan Trichoderma sp dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Seperti halnya suhu, kelembaban, dan pH. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keefektifannya dibuat dalam bentuk biofungisida dengan bahan pembawa talk, kompos, dan molase.

PERBEDAAN TRICHODERMA DAN MIKORIZA

Mikoriza fungsinya hanya melindungi akar, masuk dalam akar dan membuat lapisan tersendiri sebagai perlindungan. manfaat lainnya, penyerapan hara dan nutrisi juga menjadi lebih luas. sementara trichoderma, merupakan jamur yang berfungsi untuk melawan jamur patogen langsung. Apakah aplikasi mikoriza dan tricoderma bisa antagonis?

Mikoriza dan trichoderma sifatnya saling mendukung, aplikasi mikoriza dan tricoderma secara bersamaan juga tidak masalah. Justru pengendalian pada jamur akan lebih efektif.

Jadi, kalau juragan pakai trichoderma sebelumnya pada saat olah lahan, misalnya dibarengkan dengan sterilisasi lahan, pada saat pindah tanam nanti bisa diaplikasikan mikoriza di lubang tanam. Trichoderma tidak akan membunuh mikoriza, target trichoderma hanya jamur patogen saja. Jadi tenang saja.

 

DAPATKAN PRODUKNYA

Myco Grow – Link Shopee 
MycoVir – Link Shopee 

Hot News

Jenis dan Dosis Pemupukan Semangka Dari Awal sampai Akhir!

Pada artikel kali ini, akan kita bahas bagaimana pemupukan semangka yang tepat, tepat jenis, dan tepat dosis. Mulai dari persiapan lahan, sampai pupuk pembuahannya....
Kabar Tani
2
minutes

Ini Tanda Tanaman Cabe Kekurangan 5 Unsur Hara Makro

Tanaman cabe tidak tumbuh dengan normal, bisa disebabkan oleh kekurangan unsur hara. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman cabe rawit, adalah unsur hara...
Kabar Tani
2
minutes

Hidrogen Peroksida Solusi Bertani Murah, Ini Contoh Produknya

Saat ini, semakin banyak petani yang beralih ke produk-produk pertanian yang lebih aman untuk lingkungan, tidak meninggalkan residu. Produk-produk pertanian tersebut juga relatif lebih...
Kabar Tani
3
minutes

Harus Urut! Cara Panen Cabe yang Benar di Musim Hujan

Apa kabarnya yang kemarin baru tanam cabe musim hujan? Sudah mendekati panen ya gan. Nah, saya rasa Juragan perlu tahu nih apa saja yang...
Kabar Tani
2
minutes
spot_img
const columns = document.querySelectorAll('.column'); columns.forEach(column => { column.addEventListener('dragover', event => { event.preventDefault(); column.classList.add('drag-over'); }); column.addEventListener('dragleave', () => { column.classList.remove('drag-over'); }); column.addEventListener('drop', event => { column.classList.remove('drag-over'); const draggingCard = document.querySelector('.dragging'); column.appendChild(draggingCard); }); }); const cards = document.querySelectorAll('.card'); cards.forEach(card => { card.addEventListener('dragstart', () => { card.classList.add('dragging'); }); card.addEventListener('dragend', () => { card.classList.remove('dragging'); }); });