back to top

Fermentasi Kotoran Kambing dan Limbah, EM 4 Harus Aktif Dulu

Fermentasi kotoran kambing, adalah mencampur kotoran kambing dengan starter bakteri tertentu, untuk mempercepat proses pengomposan. Dengan penguraian yang lebih cepat, maka kotoran kambing akan bisa kita gunakan lebih cepat.

Karena pupuk subsidi ketersediaannya juga tidak bisa menjadi satu-satunya harapan, jika hanya mengandalkan pupuk dari pemerintah, maka petani bisa kalang kabut.

Juragan juga bisa menggunakan limbah dari peternakan kambing. Seperti kotoran kambing, dan sisa-sisa pakan kambing yang tidak habis.

Limbah dari peternakan kambing, biasanya hanya menjadi sampah tak berguna. Biasanya, limbah ini hanya dikumpulkan di suatu tempat dan kemudian dibakar.

Cara pengolahannya harus sampai matang. Karena, Kotoran kambing yang masih segar bersifat panas, akibat kandungan amoniaknya terbilang cukup tinggi. Itu sebabnya, kotoran kambing tidak bisa langsung berfungsi sebagai pupuk karena dapat membakar tanaman. Kotoran tersebut baru bisa berfungsi sebagai pupuk setelah melalui proses fermentasi.

Cara Membuat Pupuk Fermentasi Kotoran Kambing

Fermentasi kotoran kambing dengan em4

Cara yang pertama ini, starternya adalah EM4. Kalau starter ini, Juragan sudah tahu bukan?

Starter yang satu ini, banyak tersedia di toko-toko pertanian. Harganya juga lumayan murah. Per botol isi 1 liter, harganya sekitar 20 ribuan.

Langkah – langkah dalam membuatnya, adalah sebagai berikut.

Pertama, Mencampur kotoran kambing dengan bakteri starter em4.

Sebelum itu, aktifkan terlebih dahulu Em4 nya dengan cara mencampur em4 dengan molases dan air.

Perbandingan em4, molases, dan air adalah 1:1:100.

Misalnya,
1 ml em4, banding 1 ml molases, banding 100 ml air. Atau jika Juragan menggunakan 10 ml, maka,
10 ml em4, banding 10 ml molases, banding 1000 ml air, atau 1 liter air.

Kedua, peram campuran ini selama dua hari, supaya bakteri dalam em4 teraktifkan.

Kalau memakai reaktor sederhana, tanda bakteri aktif adalah munculnya gelembung gas.

Takaran dalam penggunaan em4 ini sesuai petunjuk dalam kemasan. Satu liter em4 untuk 1 ton bahan kompos/pupuk kandang.

Kalau pembuatan pupuk kompos dari kotoran kambing ini tidak sampai 1 ton, maka takarannya harus kita sederhanakan.

Contoh:

1 ml em4 untuk 1 kg bahan. Jadi, nilainya nanti akan sama dengan 1000 ml, atau 1 liter em4 untuk 1000 kg, atau 1 ton bahan pupuk.

Ketiga, Selanjutnya, siramkan secara merata larutan yang berisi em4, molases, dan air, ke kotoran kambing yang akan difermentasi.

Keempat, Kemudian tutup rapat selama 5 minggu. Kadar air dari pupuk kandang ini, juga perlu Juragan perhatikan.

Setiap tiga hari sekali, bolak-balik pupuk kompos untuk aerasi. Ini bisa lebih mempercepat prosesnya.

Ciri-ciri kadar air yang pas dalam pembuatan pupuk kompos dari kambing, adalah ketika bahan dikepal dan lepas, bahan tadi tidak pecah atau ambyar.

Selain itu tidak menenteskan air, yang sampai mengocor banyak.

Dari beberapa penelitian, ada yang menyarankan membolak-balikkan kompos selama proses pemeraman, tapi ada juga yang tidak.

Dengan cara membolak-balik ini, prosesnya akan berlangsung lebih cepat. Hanya sekitar 4 sampai 6 minggu saja. Tanpa cara ini, akan membutuhkan waktu, sampai 24 minggu, hingga proses fermentasi sempurna.

Selain itu, dengan dibolak-balikkan, tidak akan menghasilkan gas yang berbau, dan, memberikan efek pupuk tetap dingin atau tidak terjadi peningkatan suhu.

Fermentasi kotoran kambing dengan EM4 dan limbah

Cara yang kedua ini, kebutuhan bahan tidak hanya dari kotoran kambing melainkan ada tambahan bahan organik-organik lainnya.

Bahan-bahannya adalah kotoran kambing, dan limbah pertaniannya yaitu adalah limbah kopi, limbah gergajian, jerami, ataupun dedak.

Langkah – langkah membuatnya, adalah sebagai berikut:

Hal pertama yang harus dilakukan, adalah membuat larutan biofermentasi dari molases, dan EM-4. Masing-masing volumenya 250 cc, dengan konsentrasi 10 cc per 20 liter.

Jadi, molasesnya sebanyak 250 ml, dan em4 sejumlah 10 ml, larutkan ke air sebanyak 20 liter.

Kedua, potong-potong limbah pertanian dengan ukuran 5 – 10 cm. Kemudian campur secara merata.

Taburi campuran limbah pertanian ini dengan kotoran kambing sampai merata. Selanjutnya, tumpuk membentuk bedengan, atau guludan dengan ukuran lebar 2 meter, dan panjang 5 – 8 meter.

Untuk ukuran ini sesuaikan saja dengan kebutuhan. Tergantung jumlah bahan yang ada juga. Ukuran tadi, hanya sebagai patokan saja.

Guludan ini, lalu siram dengan larutan biofermentasi yang sudah terbuat pada tahap pertama tadi, sampai merata.

Baca juga : Dosis Pupuk Ultradap Jadi NPK Cair Paling Top

Ketiga, Membuat campuran limbah pertanian untuk lapisan kedua.

Campuran limbah pertanian yang dihamparkan pada guludan pertama, kemudian lapisi lagi dengan limbah pertanian lainnya.

Kemudian di atasnya taburkan pupuk kandang lagi sampai merata.

Selanjutnya, siram dengan larutan biofermentasi sampai basah seperti lapisan pertama.

Keempat, Langkah-langkah seperti lapisan pertama dan kedua lakukan lagi pada lapisan ketiga, dan seterusnya sampai ketinggian guludan mencapai 60, sampai 80 cm atau bahan habis.

Kelima. Kemudian tutup plastik warna gelap dengan rapat dan biarkan terjadi proses dekomposisi. Plastik bisa menggunakan plastik mulsa.

Keenam, Setelah selama 10 hari, buka plastik dan lakukan pengadukan, selanjutnya kembalikan lagi dan tutup plastik seperti semula.

Tahap terakhir, Setelah 30, atau 40 hari, panasnya akan turun dan artinya pembuatan pupuk organik sudah selesai dan siap menjadi pupuk tanaman.

Cara menghancurkan kotoran kambing

Meskipun sudah terfermentasi, bentuk akhir dari kotoran kambing tidak akan hancur dan lembut seperti tanah atau pasir.

Bentuk gumpalan (srintil) akan masih tetap utuh, tapi teksturnya sudah rapuh atau tidak liat.

Sehingga, lebih mudah untuk dihancurkan.

Tapi tidak masalah, asalkan proses fermentasinya sudah selesai, ini sudah bisa berfungsi untuk memupuk tanaman.

Cara menghancurkan kotoran kambing adalah dengan digiling. Waktunya setelah proses fermentasi selesai.

Jika masih kotoran segar, kalau digiling akan liat dan menggumpal di gilingan. Kalau sudah terfermentasi dengan baik, teksturnya akan remah dan bisa halus.

Yang perlu Juragan perhatikan, adalah kondisi air harus lembab, sesekali lakukan pengadukan atau aerasi.

Lakukan pemeraman sekurang – kurangnya 3 atau 4 minggu. Jadi, tidak ada yang namanya pengomposan sehari dua hari jadi.

Silahkan Juragan coba. Semoga berhasil!

 

DAPATKAN PRODUKNYA

EM 4 – Link Shopee 

Hot News

Jenis dan Dosis Pemupukan Semangka Dari Awal sampai Akhir!

Pada artikel kali ini, akan kita bahas bagaimana pemupukan semangka yang tepat, tepat jenis, dan tepat dosis. Mulai dari persiapan lahan, sampai pupuk pembuahannya....
Kabar Tani
2
minutes

Ini Tanda Tanaman Cabe Kekurangan 5 Unsur Hara Makro

Tanaman cabe tidak tumbuh dengan normal, bisa disebabkan oleh kekurangan unsur hara. Unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman cabe rawit, adalah unsur hara...
Kabar Tani
2
minutes

Hidrogen Peroksida Solusi Bertani Murah, Ini Contoh Produknya

Saat ini, semakin banyak petani yang beralih ke produk-produk pertanian yang lebih aman untuk lingkungan, tidak meninggalkan residu. Produk-produk pertanian tersebut juga relatif lebih...
Kabar Tani
3
minutes

Harus Urut! Cara Panen Cabe yang Benar di Musim Hujan

Apa kabarnya yang kemarin baru tanam cabe musim hujan? Sudah mendekati panen ya gan. Nah, saya rasa Juragan perlu tahu nih apa saja yang...
Kabar Tani
2
minutes
spot_img
const columns = document.querySelectorAll('.column'); columns.forEach(column => { column.addEventListener('dragover', event => { event.preventDefault(); column.classList.add('drag-over'); }); column.addEventListener('dragleave', () => { column.classList.remove('drag-over'); }); column.addEventListener('drop', event => { column.classList.remove('drag-over'); const draggingCard = document.querySelector('.dragging'); column.appendChild(draggingCard); }); }); const cards = document.querySelectorAll('.card'); cards.forEach(card => { card.addEventListener('dragstart', () => { card.classList.add('dragging'); }); card.addEventListener('dragend', () => { card.classList.remove('dragging'); }); });