Pupuk Dasar Cabe Terbaik Berdasarkan Jenis Tanah, Ini Cara Pupuk Efektif

Dalam berbagai jenis dan bentuk, pemupukan pada tanaman cabe kita lakukan mulai dari pupuk dasar cabe terbaik saat olah lahan, sebagai pupuk susulan, untuk pemupukan kocor, juga untuk pemupukan secara foliar atau secara semprot sebagai pupuk daun.

Pemupukan Dasar Berdasarkan Jenis Tanah

Lain lahan, lain pula jenis tanahnya. Untuk kebutuhan pupuk dasar, pada tanah jenis latosol atau andosol, lahan kering, dan dataran tinggi, pupuk dasar yang recommended adalah kandang ayam sebanyak 5 sampai 20 ton per hektar, dan pupuk SP 36 sebanyak 300 kg per hektar. Ini diaplikasikan pada seminggu sebelum tanam.

Tanah latosol

Tanah latosol merupakan tanah yang terbentuk akibat pelapukan yang tinggi. Jenis tanah ini memiliki kandungan besi dan alumunium yang tinggi dan mengalami oksidasi, sehingga warnanya kemerahan. Teksturnya seperti lempung tapi remah hingga gumpal. Tanah yang seperti ini biasanya ada pada daerah Sulawesi, Lampung, Kalimantan Timur Barat, Bali, dan Papua. Sebenarnya termasuk tanah yang kurang subur, tapi ph-nya netral sehingga dengan tambahan pupuk akan berdampak pada peningkatan kesuburan.

Maka untuk pupuk dasar cabe terbaik adalah pupuk kandang ayam saja dan SP 36. Dari segi harga juga tidak terlalu memberatkan.

Tanah andosol

Kalau tanah andosol warnanya coklat keabu-abuan. Tanah jenis ini justru kaya dengan mineral, unsur hara, dan air sehingga sangat baik untuk tanaman. Maka dari itu cocok untuk ditanami apa saja. Biasanya ada di daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan Nusa Tenggara.

Jika lahan Juragan memiliki karakteristik tanah yang demikian, pupuk kandang dan SP 36 akan lebih cocok.

Tanah aluvial

Pada jenis tanah lain, seperti lahan sawah, pada dataran rendah, dan tanah jenis aluvial, pupuk dasar cabe terbaik adalah kandang ayam sebanyak 15 atau 20 ton per hektar. Atau bisa ganti dengan kompos sebanyak 5 sampai 10 ton per hektar. Dan tambah dengan SP 36 sebanyak 300 sampai 400 kg per hektar, yang aplikasi juga pada 1 minggu sebelum tanam.

Tanah jenis aluvial adalah jenis tanah yang paling banyak diolah sebagai lahan pertanian karena memiliki banyak kandungan bahan organik dan sangat subur. Teksturnya sangat mudah kita olah dan berwarna coklat, hitam, keabu-abuan. Umumnya banyak di daerah Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi hingga Papua.

Baca juga : 7 FUNGISIDA TERPILIH LEBIH TOP DARI AMISTARTOP, BAHAN AKTIF LEBIH TINGGI

Bagaimana Cara Pemupukan Yang Paling Baik dan Efektif

Setelah pupuk dasar, yang dibutuhkan selanjutnya adalah pupuk susulan. Pupuk sendiri ada banyak jenis dan bentuknya.

Kalau Juragan menggunakan pupuk dalam bentuk prill atau granul, sebaiknya berikan dengan cara tugal atau dengan cara benamkan saja. Biasanya pupuk yang ada dalam bentuk granul harganya lebih murah.

Untuk jenis pupuk murah misalnya seperti urea, kalau tidak ditimbun maka nitrogennya akan banyak yang hilang. Dalam bentuk gas amoniak (NH 3), ini sangat mudah menguap.

Irigasi Tetes

Sebenarnya dengan sistem irigasi tetes lebih efisien dalam penggunaan pupuk. Sekalipun memang biayanya lebih besar di awal.

Paling tidak, untuk 1000 tanaman, harga per dripnya saja katakanlah 2000 rupiah, maka sudah 2 juta yang harus kita siapkan. Belum lagi selang, pompa, dan listriknya.

Tapi pemupukan dengan irigasi tetes akan meminimalisir pupuk yang hilang karena menguap atau terbawa air. Terlebih saat musim penghujan. Karena bisa terkontrol sepenuhnya bagaimana pemberian pupuknya.

Namun hanya pupuk yang larut air saja yang bisa menjadi pupuk dalam sistem irigasi tetes, biasanya berwarna putih.

Bila Juragan ingin mencampur, pastikan pupuk tersebut kompatibel. Karena pada beberapa pupuk tidak kompatibel bila campur. Dan jika nekat dicampur akan mengkristal, nantinya malah membuat penyumbatan pada sistem irigasi. Misalnya seperti fosfat dengan kalsium, sulfat dengan kalsium, magnesium dan phospat.

Lihat juga : Cukup 2 Produk Saja! Pulihkan Tanamam Kerdil dan Daun Keriting dengan Cepat

Kita juga perlu memperhatikan konsentrasi pupuk yang akan diberikan, tidak ketinggalan suhu airnya. Umumnya, pada suhu yang relatif tinggi, pupuk akan lebih mudah larut. Sementara pada air dingin, proses pencampuran pupuk harus sedikit demi sedikit.

Saat memulai proses fertigasi, baiknya kita bilas dulu sistem dengan irigasi air bersih kira-kira 1/4 dari volume irigasi. Lanjutkan dengan injeksi pupuk lewat sistem sekitar 2/4 dari volume irigasi. Setelah itu, bilas lagi sistem dengan air bersih kira-kira sep1/4 erempat dari volume irigasi untuk mencuci semua pupuk, yang barangkali masih ada pada sistem. Dengan begitu, tidak akan ada residu yang tertinggal di sistem irigasi. Pemupukan dengan sistem drip ini baik digunakan pada musim kemarau.

Pemupukan Foliar / Pupuk Daun

Selain itu, cara pemupukan yang tidak luput kita gunakan adalah dengan cara foliar. Jika fokus kita adalah untuk membantu tanaman mendapatkan unsur hara lebih cepat, pemupukan dengan cara semprot adalah pilihan utama.

Tapi karena dosisnya harus rendah, maka harus lebih sering pemupukannya. Selain itu, aplikasi pupuk daun juga harus mempertimbangkan keadaan cuaca. Penyemprotan pupuk daun pada musim kemarau lebih mudah, tinggal menentukan mau pagi atau sore.

Repotnya adalah ketika musim hujan. Kalau pagi dan sore hujan, terpaksa pemupukan dilakukan pada siang hari. Itupun kalau ketika siang matahari sudah terik, penyemprotan juga tidak akan efektif. Karena ketika matahari terik, akan membuat stomata daun menutup.

Sebenarnya pemupukan daun ini lebih boros dan mahal. Kita ambil contoh nyatanya saja, misalnya dengan pupuk Gandasil B. Harganya sekitar 10 ribu per kemasan 100 gram. Maka paling tidak per kg-nya dana yang harus siap sudah 100 ribu saja.

Oleh sebab itu, pemupukan secara foliar lebih diutamakan untuk mengatasi tanaman yang kelihatan sedang mengalami kekurangan unsur hara. Efek sembuhnya akan lebih cepat terlihat dalam beberapa hari.

Dalam melakukan pemupukan daun, juga ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Pada saat tunas telah muncul, hentikan penyemprotan sebab tunas muda ini amat peka terhadap pupuk. Apalagi kalau menggunakan dosis berlebihan.

Pada saat bunga mulai mekar pun, hentikan penyemprotan juga agar bunga bakal buah yang Juragan nanti-nantikan tidak rontok. Dan yang paling penting, tanaman yang tidak boleh semprot secara foliar adalah tanaman yang baru pindah ke lapangan. Karena tanaman itu masih terhitung masih mudah dan lemas. Aplikasi fungisida pada bibit saja yang benar dengan cara kocor, bukan dengan cara semprot. Jadi, pada bibit dan tanaman yang baru pindah lapangan, jangan lakukan penyemprotan.