Siapa yang nggak pengen masalah tanaman cepat teratasi. Masalahnya, adalah pupuk yang tidak boleh dicampur begitu saja. Karena reaksi dari masing-masing senyawa bila tidak cocok campur malah justru akan membuat pupuk tidak berfungsi secara normal. Biasanya ditandai dengan perubahan wujud seperti menggumpal. Ada banyak sekali endapan, ada sesuatu yang mengapung, terjadi perubahan warna, terjadi juga perubahan suhu, dan ada aroma yang sangat menyengat.
Beberapa pupuk yang tidak boleh campur ini adalah pupuk tunggal. Beda dengan pupuk NPK. Pupuk tidak boleh campur apabila masih dalam bentuk unsur hara. Kalau pupuk NPK sudah stabil kandungannya sehingga tidak akan saling menekan, antara hara satu dengan hara lainnya. Kalau pupuk NPK sudah bukan termasuk pupuk tunggal, NPK adalah pupuk majemuk.
Lantas, Apa saja pupuk yang tidak bisa campur?
Pupuk Tunggal Tidak Boleh Campur
Pupuk Urea dan KCL atau TSP
Urea apabila campur dan aplikasinya bersama pupuk KCL akan mengakibatkan terbentuknya gumpalan-gumpalan sehingga penyebaran pupuk tidak merata dan pupuk sulit penyerapannya. Tepatnya KCL yang akan menggumpal.
Sementara campuran Urea dan TSP bisa menaikkan PH sehingga bisa mematikan mikroorganisme di tanah yang memproduksi enzim urease. Urea dalam tanah akan mudah terurai oleh enzim urease yang diproduksi oleh mikroorganisme tanah. Pupuk nitrogen sebaiknya tidak campur dengan pupuk phosphate seperti TSP, SP-36 atau SP-18 karena akan menurunkan pH tanah. Tanah yang terlalu masam akan mematikan mikroorganisme tanah penghasil enzim urease sehingga tidak baik untuk tanaman.
Namun, kalau KCL dan TSP aplikasinya bisa bersamaan. Untuk aplikasi secara bersama keduanya tidak saling mengganggu.
Pupuk Mikro dan Makro
Pupuk mikro memiliki konsentrasi yang sangat sedikit. Apabila campur dalam waktu yang sama, dalam larutan yang sama dengan pupuk makro, ada kemungkinan hara mikro akan tertekan oleh hara makro.
Misalnya, ketika pupuk tembaga campur dengan Urea dan Rock Phosphate. Urea dan RP akan cenderung menurunkan penyerapan hara tembaga oleh tanaman. Maka aplikasinya, paling tidak membutuhkan selang waktu maksimal 4 minggu.
Baca juga : TRIPLE ACTION! 5 FUNGISIDA DENGAN 3 BAHAN AKTIF, NO 5 ADA PUPUKNYA
Urea dan Dolomit / Kalsit / Abu
Ketika aplikasi urea bersamaan dengan dolomit maka urea akan menjadi amoniak yang berlebihan. Apabila sudah menjadi amoniak, akan dengan mudah menguap di udara. Dalam kasus ini, yang terjadi kita malah kehilangan pupuk. Maka dari itu, interval pemupukannya adalah 1 bulan.
Kalium dan Dolomit
Pupuk dolomit merupakan pupuk yang mengandung unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Interaksi antara unsur kalium dengan magnesium bersifat antagonis, begitu pula antara unsur kalium dan kalsium. Aplikasi pupuk kalsium dan pupuk kalium seperti ZK dan KCL secara bersamaan akan mengakibatkan unsur kalsium tidak dapat terserap secara sempurna oleh tanaman.
Dalam dolomit juga ada kandungan kalsium. Apabila kalium campur dengan kalsium, ini akan menyebabkan kalsium tertekan sehingga tidak dapat terserap secara sempurna oleh tanaman.
Kalium dan Magnesium / Pupuk Kieserite
Contohnya KCL dengan Kieserite, dua pupuk ini bertentangan. Karena ketika konsentrasi KCL meningkat dalam tanah, ia akan menekan fungsi dari magnesium. Begitu pula sebaliknya. Maka minimal pemberian pupuk ini diberi jeda satu bulan.
Lihat juga : Kalsium Campur NPK dan Pestisida, Perbedaan Kalsium Karbonat dan Kalsium Ionik
Pupuk ZA
Kalau membicarakan pupuk ZA, masalahnya bukan hanya tentang pencampuran. Sebaiknya pupuk jenis ini tidak digunakan untuk tanaman hortikultura yang cepat panen seperti cabe. Meskipun murah, pupuk ZA sangat menurunkan ph dengan cepat. Jika nekat, ini akan berdampak pada tanaman yang kerdil, tidak bisa tumbuh dengan normal. Kalaupun memang ingin mendapatkan efek dari pupuk lebih cepat, sebaiknya pakai cara semprot pada daun.
Campur Pupuk Daun
Pupuk daun yang mengandung kalsium tidak disarankan untuk campur dengan pupuk daun yang mengandung phospat. Setiap pupuk daun yang berbahan kimia bisa campur dengan pestisida SELAIN yang berbentuk formula larut air (SC, SP, SL), karena sesama larut air akan menimbulkan reaksi kimia yang mengubah susunan kimiawi keduanya.
Dalam bentuk merk apapun itu, kalau formulasinya larut air jangan campur dengan pupuk daun.
Berkaitan dengan pupuk daun ini, sebenarnya masih ada banyak pertanyaan yang sering dilontarkan. Langsung saja kita ambil contohnya.
Bagaimana jika pupuk MKP dicampur dengan fungisida?
MKP PAK TANI sendiri merupakan pupuk yang berbentuk kristal, sangat mudah larut dalam air. Pemakaian MKP PAK TANI 10gr/lt air dapat campur dengan fungisida terutama dalam mengendalikan penyakit.
Lain halnya kalau Juragan sedang mengendalikan penyakit yang penyebabnya jamur. Pupuk yang mengandung nitrogen tidak boleh campur dengan fungisida. Misalnya seperti Urea, NPK, atau KNO3. Kenapa? Sebab nitrogen adalah makanan bagi jamur. Sekalipun fungisida yang dipakai sudah bagus kerjanya, kalau kita beri makan pada jamur yang mau kita bunuh, apa yang akan terjadi? Pengendalian penyakit akan lebih lama Juragan.
Pada kasus lain, ketika sudah terjadi serangan penyakit pada tanaman atau hanya untuk mengendalikan penyakit, kita membutuhkan pupuk kalsium untuk memperkuat dinding sel tanaman. Biar bisa cepat, bagaimana jika pupuk kalsium campur dengan pestisida? Jawabannya boleh dan bisa saja, asalkan memiliki kompatibilitas satu sama lain karena tidak semua produk pestisida, pupuk, ataupun yang lainnya cocok ketika campur (misal terbentuk gumpalan ketika dicampur). Seperti yang sudah kita bahas tadi di awal.
Mikroba Campur NPK
Kalau mikroba yang dimaksud adalah PGPR, bila campur dengan pupuk NPK boleh-boleh saja. Tapi, kalau mikroba yang merupakan dekomposer seperti EM4 dan sejenisnya, bila campur NPK bisa mati. Apalagi bila campur dengan fungi atau insektisida. Perusahaan pembuatnya saja, yaitu Emindonesia melarang penggunaan EM4 bila dicampur dengan pupuk kimia atau pestisida. Selang waktu penyemprotan/penyiraman larutan EM4 saja dengan penggunaan pupuk kimia atau pestisida sebaiknya beri jarak waktu 1 minggu. Wadah untuk aplikasi EM4 saja juga harus steril dari pupuk kimia.
Rasanya pembahasan tadi sudah cukup untuk menjawab beberapa pertanyaan yang masih mengganjal di benak kita ya Juragan.